Jumat, 27 Februari 2015 | By: Ahmad Yasir Aras

MA'RARA BACA BUMI PANRITA LOPI

     Ma'rara baca adalah salah satu adat masyarakat atau orang-orang yang ada di Kab. Bulukumba, kegiatan ini dilaksanakan disemua daerah Bumi Panrita Lopi. Sekian banyak daerah yang melaksanakan kegiatan Ma'rara baca adalah julukan khas daerah Palangisang. Sebagai contoh, di kelurahan Dannuang Kec. Ujungloe kegiatan ini dinamakan dengan "Mappacera' Baca".  Kegiatan ini dilakukan pada saat seorang anak yang baru saja menamatkan bacaannya dalam ayat suci Al-Qur'an dan memiliki fungsi agar anak tersebut selalu bisa membaca ayat suci Al-Qur'an dengan lancar dan benar. Oleh karena itu kegiatan ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan rutin yang dilaksanakan atau eksistensinya terjaga.

    Adapun alat atau bahan-bahan yang dipersiapkan dalam kegiatan Ma'rara baca adalah :
* 1 Ekor Ayam
   Dalam hal ini, Ayam merupakan bahan yang paling utama akan tetapi ayam yang digunakan haruslah ayam jantan yang sudah cukup dewasa. Setelah ayam jantan dipotong pada bagian lehernya hingga mengeluarkan darah , kemudian darah tersebut digunakan  sebagai alasan bahwa hal tersebut telah menjadi ciri khas turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi
* 1 Buah Jarum
     Dalam hal ini jarum yang dimaksud adalah jenis jarum jahit. Jarum inilah yang nantinya direndam dalam darah ayam jantan tadi, setelah itu jarum tersebut ditancapkan sebanyak 3 kali di pertengahan lidah anak. Awalnya penancapan di daerah pertengahan lidah sebanyak 2 kali dengan cara sangat cepat dan yang ke-3 kalinya berlangsung cukup lama dari penancapan yang sebelumnya.
   
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada anak yang akan Ma'rara baca sebagai berikut ;
* Anak yang akan dirara bacanya dianjurkan untuk membaca beberapa surah-surah dalam Juz Amma yang diawali dengan bacaan ummul kitab (surah Al-Fatihah) di depan Ustadz dan para tetuah yang hadir   pada kegiatan Ma'rara baca.
* Ketika anak memulai bacaan-bacaannya, anak akan dibaluti sajjadah dan sarung berjumlah 7 buah yang melambangkan setelah acara Ma'rara baca anak bisa melaksanakan Sholat dengan baik.
* Setelah semua surah dibacakan oleh anak, para Ustadz yang hadir akan mendoakan agar kelak anak dilimpahi kesehatan dan Rahmat oleh Allah SWT.
* Kegiatan akhir yang biasa dilakukan adalah mengikir gigi anak. Hal ini dapat dilaksanakan apabila anak tersebut bersedia untuk diukir giginya.

Alat Musik Sulawesi Selatan

  • Pa'dekko adalah lesung kayu yang dalam kehidupan sehari-hari dipergunakan sebagai alat menumbuk padi. Dilengkapi dengan alu yang terdiri atas beberapa buah batang kayu.
  • Ganrang terbuat dari kayu dengan kulit kerbau atau sapi pada kedua ujungnya. Cara menyambung kulit itu adalah dengan menggunakan lilitan tali-tali halus yang mengait pinggiran kedua kulit pada gendang.
  • Gong merupakan alat bunyi-bunyian terdiri atas bahan-bahan kuningan.
  • Pui'-pui' adalah jenis alat musik yang dimainkan dengan cara meniup pada bagian pangkalnya yang terbuat dari daun lontara.
  • Ganrang bulo adalah sejenis alat bunyi-bunyian, dibuat dari bahan bambu batangan dengan beberapa belahan disalah satu sisinya sehingga dapat menimbulkan bunyi jikalau dipetik atau dipukul.
  • Alosu adalah alat musik berupa kotak anyaman daun kelapa, didalamnya berisi biji-biji. 
  • Keso-keso Sejenis rebab dari Tana Toraja.
  • Anak becing Berupa dua batang logam seperti pendayung.
  • Basi-basi sejenis terompet dari bambu yang dipasang rangkap.
  • Talindo adalah alat musik petik dari Tana Toraja.
  • Kecaping adalah alat musik yang bahannya dari kayu berbentuk mirip perahu, talinya dari kawat kecil dan diberi lubang-lubang suara pada bagian belakang agar bunyinya nyaring.
  • Tendong-tendong Terbuat dari kayu atuau bambu yang disusun secara berderetan, bentuknya mirip angklung.
  • Katto-katto Terbuat dari kayu atau bambu dengan panjang 50 cm. alat pemukulnya dari kayu dan digunakan sebagai pelengkap untuk mengiringi ganrang Pakarena.
  • Kere-kere Gallang bentuk menyerupai daun, dilengkapi dengan senar kawat baja dan alat penyetel sehingga bila digesek menimbulkan bunyi seprti biola.
Rabu, 25 Februari 2015 | By: Ahmad Yasir Aras

SLOGAN KABUPATEN BULUKUMBA

Paradigma kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan memberikan nuansa moralitas dalam sistem pemerintahan yang pada tatanan tertentu menjadi etika bagi struktur kehidupan masyarakat melalui satu prinsip "Mali' siparappe, tallang sipahua"  yang artinya dalam bahasa Indonesia Ketika hanyut bersama-sama kita ketepian, ketika tenggelam bersama-sama kita kepermukaan”.
Ungkapan yang mencerminkan perpaduan dari dua dialek Bahasa Bugis-Makassar merupakan gambaran sikap batin masyarakat Kabupaten Bulukumba untuk mengemban amanat persatuan di dalam mewujudkan keselamatan bersama demi terciptanya tujuan pembangunan lahir dan batin, material dan spiritual, dunia dan akhirat.
Nuansa moralitas ini pula yang mendasari lahirnya slogan pembangunan "Bulukumba Berlayar" yang mulai disosialisasikan pada bulan September 1994 dan disepakati penggunaannya pada tahun 1996. Konsep "Berlayar" sebagai moral pembangunan lahir batin mengandung filosofi yang cukup dalam serta memiliki kaitan kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan dengan masyarakat Bulukumba.
BERLAYAR, merupakan sebuah akronim dari kalimat kausalitas yang berbunyi          "BERsih Lingkungan, Alam YAng Ramah". Filosofi yang terkandung dalam slogan tersebut dilihat dari tiga sisi, yaitu sejarah, kebudayaan dan keagamaan.



Selasa, 24 Februari 2015 | By: Ahmad Yasir Aras

Pelanggaran Adat Sulawesi Selatan

   1.    Silariang  (Perkawinan)
Silariang yaitu kondisi dimana kedua insan yang sudah terpadu hatinya bersama-sama melarikan diri (minggat) dari rumah dan biasanya langsung lari ke rumah penghulu untuk dikawinkan. Hal ini terjadi karena lamaran pihak pria ditolak sebab adanya perbedaan status sosial.

   2.   Nilariang
Artinya calon pengantin wanita telah dilarikan oleh calon pengantin pria. Maka dalam hal ini pihak pria bersifat aktif  sedang  wanitanya hanya bersifat pasif seakan-akan pihak wanita tersebut dipaksa. Hal ini terjadi karena sudah dipinang oleh pria tersebut ditolak oleh keluarga wanita. Pria bertindak nekat, bahwa jalan satu-satunya perempuan itu dilarikan ke penghulu untuk dikawinkan.

   3.    Erangkale
Artinya calon pengantin wanita datang sendiri kerumah penghulu keberatan dan mendesak untuk segera dikawinkan. Tindakan ini dilakukan karena terlanjur berhubungan gelap sehingga perempuan tersebut hamil, keadaan terpaksa sehingga pria yang menggaulinya dapat diminta pertanggungjawaban dan wanita itu merasa malu terhadap keluarga maupun masyarakat.