Paradigma kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan memberikan nuansa
moralitas dalam sistem pemerintahan yang pada tatanan tertentu menjadi etika
bagi struktur kehidupan masyarakat melalui satu prinsip "Mali' siparappe, tallang
sipahua" yang artinya dalam bahasa Indonesia ”Ketika hanyut bersama-sama kita ketepian, ketika tenggelam
bersama-sama kita kepermukaan”.
Ungkapan yang mencerminkan perpaduan dari dua dialek Bahasa
Bugis-Makassar merupakan gambaran sikap batin masyarakat Kabupaten Bulukumba
untuk mengemban amanat persatuan di dalam mewujudkan keselamatan bersama demi
terciptanya tujuan pembangunan lahir dan batin, material dan spiritual, dunia
dan akhirat.
Nuansa moralitas ini pula yang mendasari lahirnya slogan pembangunan
"Bulukumba Berlayar" yang mulai disosialisasikan pada bulan September
1994 dan disepakati penggunaannya pada tahun 1996. Konsep "Berlayar"
sebagai moral pembangunan lahir batin mengandung filosofi yang cukup dalam
serta memiliki kaitan kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan dengan masyarakat
Bulukumba.
BERLAYAR, merupakan sebuah
akronim dari kalimat kausalitas yang berbunyi "BERsih Lingkungan, Alam YAng Ramah". Filosofi yang terkandung dalam slogan tersebut dilihat dari tiga
sisi, yaitu sejarah, kebudayaan dan keagamaan.
0 komentar:
Posting Komentar