Jumat, 06 Maret 2015 | By: Ahmad Yasir Aras

Teruntuk Perempuanku


Faisal Hakim


Dikala kulantunkan puisi ini...
Adakah Jiwa kecilmu membacanya..?
Sebab kutuliskan dengan tinta lontar yang berdarahkan air mata
Lalu kubacakan dengan nafas tersengal sendu
Hingga kurangkai dengan sepintal kesetiaan yang tercipta dari dasar kesadaranku


Pernahkah bayangmu mengusik tatapan wajahku..?
Yang terlerai dengan penyesalan tentang rajuk cinta
Meronta-ronta bagai kicauan petir di tengah badai yang terselimuti cerita indah
Ingin jiwa ini menggelebu pada kegelisahan yang menggeliat
Membentuk sukma cinta hingga berubah menjadi tangisan
Karena kusadari rembulan pun risau mencurahkan cahayanya
Ketika separuh malam enggan menampakkan kegelapannya

Hey... Kau Perempuanku
Dengarlah gubrisan sukma ini
Bercerita tentang seribu malam tanpa penerangan
Bercerita tentang langkah kaki yang bertapak di ditujuh kisah
Berjalan pelan menaklukkan puncak puncak rindu
Lalu berharap akan waktu yang mampu kulipat
Hingga cinta yang kubawa sandar pada titik kecemburuan itu

Masihkah kau dengan senyum yang dulu..?
Masihkah kau dengan rambut indah yang terurai bagai sutera..?
Masihkah kau dengan dua bola mata hitam yang terpancar indah..?
Masihkah kau dengan cerita yang pernah terjadi..?

hahahah....
Pertanyaan ini hanyalah kegilaanku yang masih mempertanyakanmu
Harapan ini hanyalah mimpiku yang masih mengharapkanmu
Hingga sukar untuk aku tebak ujung cerita ini ada di mana

Ketika kuberlari bersama cinta yang tak terbahasakan
Ingin rasanya kemenikam cinta dengan darah dan air mataku
Hingga kuraih kesejukan di tengah gurun yang bersalju
Dan tidur bersama tumpukan masa lalu

Kusentuhkan ingatanku ke dalam latar pandanganmu
Lalu radarku mengarungi luasnya kesedihanmu
Hingga menembus luka luka cinta
Dan kujatuh  ke dalam kotak cerita, cerita tentang semua puisi, cerita tentang ribuan sajak,  hingga cerita tentang dongeng-dongeng cinta, yang sedetik lagi akan usai

Bagiku perempuanku adalah makna dibalik hujan
Yang tak pernah hilang memberikan kesejukan
Seperti tarikan nafas yang terpintal dengan darah dan nadiku
Dan kujadikan sendu kasih diseribu kisah berikutnya

Disepanjang kisah ini bercerita...
Aku bukanlah lelaki yang sedang menunggu bidadari-bidadari bumi
Aku bukanlah lelaki yang sedang menangisi dentik penyesalan
Bukan pula lelaki yang tak mampu menjadikanmu teman bercinta
Bahkan bukan lelaki yang gemar membaringkanmu di tahta cinta

Tapi...
Disepanjang kisah itu bercerita..
Tiba waktu yang berbahasa
Aku adalah lelaki yang menunggumu dikeabadian
Aku adalah lelaki yang sedang tersnyum menyaksikan kebahagiaanmu 
Aku adalah lelaki yang mengajarimu agama secara batin
Dan aku adalah lelaki sering menyelimutimu dengan cinta dan rasa sayang

Wahai Perempuanku...
Dengan segala kesadaran kunyatakan rasa dengan seksama
Aku menyudahi segala kisah, dan menutup rasa dengan paksa
Hingga harapan yang kini terangkul dalam sekedip perpisahan
Menjadi titik kerinduan yang tak mengenal ujung batas

Wahai Perempuanku
Biarkan kupergi dengan sedikit tangisan yang kubawa secara damai
Biarkan  kunyanyikan namamu dalam dawai melodiku
Biarkan sayapku membentang dan menerbangkanku jauh dari ingatanmu
Lepaskan seluruh untaian rasa yang mungkin akan membelenggu
Biar kusisihkan pengakuanku pada kerinduan yang mungkin terjadi
Dan izinkan kumenghilang dari semua kenanganmu..

@SAORAJAE PRODUCTION

0 komentar: